Selasa, 24 Agustus 2010

Wonderful Magic Chapter 3


WONDERFUL MAGIC

Author: Anita Kazahana
Rate: T
Note: Same as chapter 2

Chapter 3
It’s The Day!

Sinar matahari begitu terik dan menyengat, namun siswa siswi Mahomajo tetap mengikuti kegiatan belajar mengajar mereka dengan tertib hingga bel istirahat menandakan 15 menit waktu melepaskan lelah di sekolah. Kini sudah hampir sebulan, Asagi bersekolah di Maho Majo Junior High School. Dan dia telah berteman dengan hampir seluruh siswa siswi di sana, tidak terkecuali Kiko, Hime dan Kazu, walaupun Kazu tidak terlalu senang dengannya.
~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~
Di kantin sekolah tempat para siswa melepaskan lelah, Kiko yang sedang mengobrol bersama Hime dan Kazu, tiba-tiba dikagetkan oleh seseorang.
“Kiko!!!”
“Woaa!!! Eh Asagi? Ada apa? Membuat kaget saja!”
“Maaf, sorry, gomen,” Orang yang dipanggil Asagi itu pun segera meminta maaf pada Kiko (dengan bahasa campur-campur).
“Iya, iya aku maafkan, terus ada apa?”
Begini Kiko, nanti sepulang sekolah mau tidak, jalan-jalan ke taman kota denganku?”
“Nanti siang? Ke taman kota?”
“Iya, please ya....”
“Umm... gimana ya?”
“Ayolah Kiko... mau ya?” Asagi benar-benar memohon agar Kiko menerima ajakannya.
“Umm... ya sudah, aku mau,” jawab Kiko.
“Benarkah?”
“Benar, aku mau,” Kiko meyakinkan jawabannya.
“OK, nanti siang setelah bubaran sekolah aku akan menunggumu di dekat gerbang sekolah!” Setelah mengucapkan itu, Asagi kemudian pergi menjauhi Kiko, Hime dan Kazu.
Selang beberapa menit setelah Asagi pergi, Kazu yang terlihat cemas berusaha untuk menasihati Kiko.
Hei, Kiko, sebaiknya kau tidak perlu pergi dengan Asagi.”
“Lho? Memangnya kenapa? ‘Kan aku hanya diajak jalan-jalan?
“Tapi.... feeling-ku tidak enak.”
“Memang kenapa? Asagi itu orangnya baik, kau tahu sendiri ‘kan tentang tragedi kue itu?”
“Iya memang dia pernah menolongmu, tapi-” Sebelum Kazu melanjutkan perkataannya, tiba-tiba Hime yang merasa ingin menggoda Kazu ikut nimbrung.
“Hei, hei, Kiko! Kukatakan ya, Kazu itu tidak suka jika kau dekat dengan Asagi soalnya dia cemburu padanya!”
“Si-siapa yang ce-cemburu, aku tidak cemburu!” Wajah Kazu menjadi agak merah setelah mendengar perkataan Hime.
“Buktinya, wajahmu memerah setelah aku bilang seperti itu!” Hime terus menggoda Kazu hingga wajahnya bertambah merah.
“Ahh!!! Sudahlah!!! Aku mau pergi!” Kazu berdiri dari bangku kantin itu dengan maksud untuk pergi. Tetapi sebelum pergi menjauh, dia berhenti sejenak.
“Baiklah Kiko, kalau kau tetap mau pergi itu terserah padamu. Tapi, kau harus tetap berhati-hati,” Kemudian Kazu pun berlalu. Setelah Kazu meninggalkan kantin, Hime mengeluh tentang sikap Kazu.
“Dasar! Baru seperti itu saja sudah marah! Padahal aku ‘kan hanya bercanda!” Hime agak menggembungkan pipinya dan memasang muka cemberut.
“Oh ya Kiko, memang kau akan pergi dengan Asagi? Sudah yakin?” tanya Hime yang kembali memasang muka serius.
“E-eh... apa?” Kiko yang sedari tadi melamun dan tidak memperhatikan omongan Hime menjadi agak salting.
“Huff! Aku tanya, kau jadi pergi tidak?”
“Yah... Bagaimana lagi? Aku ‘kan sudah bilang iya, tidak mungkin ‘kan aku tarik ucapanku lagi?
“Benar juga, ahh! Sudahlah! Yuk ke kelas!” Hime mengajak Kiko kembali ke kelas mereka. Kiko benar-benar bingung tentang dua pilihan, yaitu mengikuti nasihat Kazu atau pergi bersama Asagi nanti siang. Dan Ia telah memutuskan akan pergi nanti siang.
Sedangkan Kazu yang merasakan kegelisahan yang amat sangat, merasa bahwa dia harus mengikuti Kiko sepulang sekolah nanti.
~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~
“Ting...tong...teng...tong...ting...tong...teng...tong...”
Bel sekolah usai telah berbunyi, para siswa segera keluar dari kelas mereka masing-masing. Kiko yang sudah ditunggu Asagi segera menuju ke gerbang sekolah untuk menemuinya. Kazu yang tadi sudah memutuskan akan mengikuti Kiko, mengendap-endap dibelakang Kiko. Kiko yang melihat Asagi sudah menunggunya segera berlari ke arah Asagi berdiri.
“Hai! Asagi!”
“Hei, Kiko!”
Sudah lama disini? Sorry tadi aku ada urusan sedikit.”
Tidak, baru saja.”
“Ya sudah, berangkat yuk!”
“Ayo.”
‘Akhirnya hari ini datang juga, rencanaku kali ini pasti tak akan gagal,’ batin Asagi sambil berjalan disamping Kiko.
Kazu yang sedari tadi mengintai mereka berdua segera pergi untuk mengikuti Kiko dan Asagi yang sudah pergi menuju ke taman kota, Kazu benar-benar mempunyai perasaan tak enak tentang hal ini.
~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~
Asagi dan Kiko yang sudah sampai di taman kota, memillih untuk duduk di sebuah bangku taman dekat air mancur. Mereka saling bertanya satu sama lain.
“Oh ya Kiko, ngomong-ngomong kalungmu bagus sekali.”
Terima kasih.”
“Umm... kau membeli kalung itu dimana?”
“Aku menemukan kalung ini di halaman rumahku, waktu itu aku lihat-lihat sepertinya bagus jadi ku ambil saja.”
“Oh... begitu...”
Memangnya kau ingin membeli kalung seperti ini ya? Untuk siapa?” tanya Kiko.
“Tidak, aku.. Hanya ingin bertanya padamu saja.
“Umm... oh iya! Waktu itu kau ‘kan belum cerita alasanmu pindah kesini?”
“Aku bosan di Inggris, selain itu kedua orang tuaku bercerai dan aku ikut ayahku yang berasal dari sini, apalagi ayahku ditugaskan perusahaannya disini, jadi seperti pulang ke kampung halaman.”
“Eh? Go-gomen.... aku tidak tahu. Gomen ne...,” Kiko benar-benar meminta maaf kepada Asagi, tapi Asagi tetap bersikap santai.
Tenang, tidak apa-apa. Umm... Kiko, mau aku belikan es krim?”
“Es krim? Boleh!”
“Sebentar ya, oh iya pesan rasa apa?”
Umm.. rasa coklat saja.”
“Coklat ya? Ya sudah aku pergi dulu, tidak apa-apa ‘kan aku tinggal sendirian? Hanya sebentar saja.”
Tidak apa-apa, tenang saja!” ujar Kiko sambil tersenyum. Kemudian Asagi pun pergi meninggalkan Kiko.
‘Cih! Seharusnya tadi aku mencegah Kiko lebih keras lagi! Menyebalkan!!’ batin Kazu yang sedari tadi mengintip di balik semak-semak.
Setelah beberapa menit berlalu, Asagi datang dengan membawa 2 cup es krim rasa coklat dan segera menuju ke bangku taman dimana Kiko sedang menunggu.
Gomen, lama ya?”
Tidak.”
Ini, es krim coklat kesukaanmu,” Kata Asagi sambil menyerahkan 1 cup es krim kepada Kiko.
“Iya, arigatou Asagi!”
“Kiko, kamu suka coklat ya?” tanya Asagi ditengah acara makan es krimnya.
“Hm? Aku memang suka coklat, memangnya kenapa?”
“Oh iya, kenapa kamu suka coklat?”
“Aku suka coklat, karena rasanya yang manis, yah… walaupun mungkin bisa membuat badan gemuk, tapi aku tetap menyukainya, mungkin itu alasannya, hehe..,” Kiko menyengir.
Begitu... tapi, menurutku, coklat itu cocok sekali denganmu.”
“Cocok? Maksudnya?”
“Iya, coklat ‘kan manis, dan wajahmu manis juga cute.”
Kau itu apa-apaan sih Asagi!” wajah Kiko terlihat agak merah setelah mendengar pujian dari Asagi. Asagi hanya tersenyum.
Apa itu?!?! Aku ingin menghajarnya sekarang juga!’ batin Kazu yang sepertinya sedang dilanda rasa C-E-M-B-U-R-U.
“Kiko, maukah kau melakukan sesuatu untukku? Hm? ‘AMNESITO’!”
Setelah mendengar mantra sihir dari Asagi, Kiko mulai kehilangan kesadarannya. Perlahan tapi pasti, dia mulai tidak bisa merasakan keadaan di sekelilingnya. Pandangan matanya kosong karena mantra hipnotis dari Asagi. Kazu yang melihat kejadian itu mulai terlihat gusar. Sedangkan Asagi yang sudah menghipnotis Kiko segera memerintahkan Kiko untuk menyerahkan kalungnya pada Asagi.
“Nah... sekarang, serahkan kalungmu itu padaku.”
“Baik, tuan...,” kata Kiko yang telah terhipnotis oleh Asagi.
Kemudian kedua tangan Kiko mulai melepas kalung itu dari lehernya. Ketika kalung itu hendak diberikan kepada Asagi, Kazu yang sedari tadi telah mengawasi mereka segera berteriak dari balik semak-semak dan menuju ke arah Asagi.
“Hei Asagi! Apa yang kau lakukan hah!” Kazu benar-benar emosi ketika melihat Kiko yang memperlihatkan pandangan kosong.
“Ohh... ternyata kau Kazu, dari tadi kau terus mengikuti kami ya ‘kan?”
“Jawab dulu pertanyaanku!!!”
“Umm... ya... itu ya...”
“Jangan berbelit-belit !!!”
“Hmm... Kau tau ‘kan tentang legenda kalung penyihir?”
“Kalau iya, memang kenapa!?”
“Kalung Kiko ini, adalah kalung legenda itu.”
“Ti-tidak mung-kin...”
“Dan kau tau penyihir SADARKO bukan?”
“Penyihir yang mengalahkan penyihir pemilik kalung legenda itu dan berusaha memiliki kalung tersebut, namun karena kalung itu tidak menerimanya sebagai tuan akhirnya SADARKO binasa.”
“Benar, dan aku, adalah, keturunan, dari, SA-DAR-KO
Ja-jadi, kau... pewaris SADARKO!!!”
Exactly, tepat sekali!”
“Lalu... APA SEBENARNYA MAUMU, HAH!!!”
“Aku ingin menguasai dunia ini,” ucap Asagi sambil menyeringai lebar kepada Kazu.
“A-apa?” Kazu terkejut mendengar pengakuan Asagi.
“Kau kaget ya? Wajar saja... karena sejak kejadian itu, tak ada yang mengetahui nasib keluarga dan seluruh keturunan dari SADARKO.”
“Uggh... Kau....,” Kazu mengepalkan kedua tangannya dan semakin mempererat kepalannya.
“Ada apa? Kau ingin menyerangku ya? Tapi kalau seperti ini akan menarik perhatian. Oh iya! ‘SUTOPOZA TAIMODO’! (ctik!), ” setelah Asagi mengucapkan mantranya, semua yang ada di sekeliling mereka menjadi terhenti, kecuali mereka bertiga.
“A-apa yang kau lakukan?” Kazu tercengang melihat apa yang dilakukan Asagi.
“Apa yang aku lakukan? Aku menghentikan waktu yang ada.”
Na-naze?
“Ya... Kalau seperti ini ‘kan kau bisa lebih leluasa untuk menyerangku, benar ‘kan?”
“.......” Kazu terdiam mendengar perkataan Asagi tadi.
Okay! It’s show time, Kazu! Cobalah serang aku dari mana saja!” tantang Asagi yang kemudian menyandarkan Kiko di bangku tempat dia duduk sebelumnya.
“Heh! Tanpa kau tantang seperti itu, aku juga akan melawanmu!!! Hiyatt!!!
Kazu mengambil ancang-ancang dan berlari ke arah Asagi, bermaksud untuk memukulnya, namun secepat kilat Asagi dapat menghindar dari pukulan Kazu dan berhasil membalasnya. Kazu yang terkena pukulan Asagi terlempar cukup jauh dari tempatnya semula. Setelah sempat terdiam akibat serangan mendadak tadi, Kazu kembali berusaha menyerang Asagi dengan cara yang sama.
Hiyaatt!!!
“Kau takkan bisa menyerangku dengan cara itu,” ucap Asagi dengan seringainya kembali.
Seperti sebelumnya, Asagi dapat menghindari pukulan Kazu dan membalasnya. Kazu pun terlempar kembali, namun kali ini dia menabrak pohon dan terduduk disana. Luka lebam bekas pukulan Asagi telah menghiasi kedua pipinya. Kazu kembali bangkit dan mengusap darah di bibirnya.
“A-aku... tidak... akan... MENYERAH!!!” Kazu kembali berlari ke arah Asagi.
“Belum menyerah ya? Coba saja kalau bisa,” ujar Asagi yang berdiri angkuh dengan penuh kesombongan.
“Bersiaplah! ASAGI!!!!!”

~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~

TO BE CONTINUE

Mind to leave a comment???

Read Chapter:
1 2 3

0 Comment:

Posting Komentar