WONDERFUL MAGIC
Author: Anita Kazahana *sesuai di FB*
Rate: T
Note: Ini cerita, saya buat waktu masih kelas 2 SMP, alias ini cerita yang pertama kali saya buat. Jadi, maaf kalau masih terlihat amatiran karena kata-kata yang sering diulang. So, silahkan membaca!!! ^^
Chapter 1
The Beginning
Pada zaman dahulu kala, ada seorang penyihir terhebat di masa-nya. Kemampuan sihirnya itu berasal dari sebuah kalung yang berisi kekuatan Magis yang sangat hebat. Tetapi, di dalam sebuah pertarungan, penyihir itu kehilangan nyawanya akibat bertarung dengan penyihir terjahat bernama SADARKO. Di pertarungan tersebut, dia kehilangan kalung yang menjadi sumber kekuatannya. Sadarko yang mengetahui rahasia penyihir itu, berusaha merebutnya dengan menarik kalung itu dari lehernya. Namun, karena kalung itu tidak mau menuruti SADARKO, maka dia diserang oleh kalung itu sendiri dan penyihir tadi memanfaatkan keadaan tersebut dengan menyerang balik SADARKO dengan sihir pengorbanan nyawanya sendiri hingga akhirnya SADARKO binasa. Setelah berabad-abad dari kejadian itu, ada seorang anak perempuan yang menemukan kalung itu di halaman rumahnya, dan anak itu bernama Harukaze Kikoe !
Suatu pagi di sebuah rumah yang sederhana, burung-burung berkicau dengan riangnya. Sinar matahari yang cerah menembus kaca jendela sebuah kamar di rumah itu. Seorang anak perempuan sedang tertidur di atas kasurnya yang berwarna biru tua.
“Kring…kring…kring….”
“Emh…. Wah!!! Bagaimana ini!!! Sekarang sudah jam 06.30! Aku harus cepat-cepat berangkat sekolah!” ujar anak itu.
Setelah ia mandi dan berpakaian, dia segera sarapan dan berangkat ke sekolahnya yaitu sekolah penyihir terkenal di kotanya yang bernama ‘Mahomajo Junior High School’ (sekolah khusus untuk para penyihir SMP).
“Kaa-san… Aku berangkat dulu ya!!! Daah…..,” katanya sambil melangkahkan kakinya dari rumah.
“Ya! Hati-hati di jalan ya!” kata Ibunya.
Derap kaki melintasi rentetan jalan menuju kawasan sekolah Mahomajo. Sepanjang perjalanan sudah banyak kendaraan bermotor melintasi jalan yang dilewati anak itu. Anak itu segera berlari setelah melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.55.
“Wah!!! Kurang 5 menit lagi gerbangnya mau ditutup! Aku harus cepat!,” katanya sambil mempercepat langkah kakinya.
Ketika hampir mendekati gerbang sekolah, dari arah berlawanan di ditabrak oleh seseorang. Praktis, mereka berdua terjatuh.
“Hei! Kalau jalan lihat-lihat dong!” Anak perempuan itu merasa kesakitan dan memarahi orang yang menabraknya tadi, namun ketika dia membuka matanya terlihat seorang pemuda yang hendak membantunya berdiri.
‘Eh? Tampannya!’ batinnya dalam hati.
Setelah meneliti pemuda itu, dia merasa heran dengan seragam yang dipakainya, karena itu adalah seragam siswa laki-laki di sekolahnya. Anehnya, dia belum pernah melihat pemuda itu di sekolah. Setelah melamun selama beberapa menit, pemuda itu pun mengagetkannya.
“Hei! Kamu tak apa-apa ‘kan?” tanya pemuda itu, sepertinya dia sangat khawatir.
“Emh... A-aku tidak apa-apa kok,” kata Harukaze Kikoe si anak perempuan itu.
“Ayo cepat kita masuk! Nanti gerbangnya ditutup!” ajak pemuda itu.
“I-iya, iya...”
Mereka berdua segera berlari ke arah gerbang, namun tiba-tiba saja cowok tadi menghilang! Kiko tak tahu kemana perginya cowok tadi. Kemudian dia segera masuk ke kelas 2-C yang merupakan ruang kelasnya. Jam pelajaran pertama adalah Matematika dan yang mengajar adalah Bu Ayashi Kuroku, guru yang dicap paling killer di sekolahnya sehingga dia tak mau mendapat masalah hanya karena terlambat. Dengan cepat dia duduk dibangkunya yang terletak paling depan.
“Fiuuhh! Untung guru killer itu belum masuk!”
“Eh, Kiko! Kenapa kamu bisa hampir telat sih? Kan biasanya kamu berangkat pagi?” tanya Hime teman sebangku Kiko. Nama lengkapnya Hanasaki Aihime, dia adalah teman masa kecil Kiko.
“Begini... tadi malam, aku begadang sampai jam 12 malam. Jadinya ya, aku bangun kesiangan, hehehe...,” kata Kiko sambil menyengir.
“Ohh...”
Tak lama kemudian, Bu Aya datang membawa seorang anak laki-laki, mungkin anak baru. Setelah mereka berdua memasuki ruang kelas 2-C, Kiko seolah tak percaya bahwa anak laki-laki yang bersama Bu Aya adalah anak laki-laki yang menabraknya tadi pagi!
“Anak-anak, ini ada teman baru untuk kalian. Dia ini murid pindahan dari London Junior High School. Sekarang, tolong perkenalkan dirimu!”
“Namaku Yozora Takasagi, biasa dipanggil Asagi. Aku pindahan dari London! Mohon bantuannya!”
“Baiklah Asagi, sekarang kamu duduk di bangku kosong di belakang Kiko dan Hime ya!” kata Bu Aya seraya menunjuk ke arah bangku kedua dari depan di belakang bangku Kiko.
Asagi langsung menuju bangku yang telah diberitahu oleh Bu Aya tadi. Anak-anak cewek melihat ke arah Asagi seperti terhipnotis oleh ketampanan Asagi. Kemudian dia duduk dan berjenalan dengan teman sebangkunya.
“Aku Yozora Takasagi, kau?”
“Tanpa kau beritahu aku juga sudah tahu,” jawab Kazu, namanya Kazumi Ishida dia juga teman masa kecil Kiko seperti Hime. Dia memiliki perasaan terhadap Kiko tapi dia belum berani untuk mengatakannya.
‘Kenapa dia sinis sekali padaku ya?’ batin Asagi setelah melihat reaksi Kazu.
‘Anak ini benar-benar suka cari perhatian ya? Apalagi sikap anak-anak perempuan yang sepertinya menemukan ‘objek’ baru’ pikir Kazu.
“Hei! Jawab!”
“Aku Kazumi Ishida, puas!!!” Kazu benar-benar kesal dengan anak baru itu.
Setelah itu, Asagi menoleh ke depan tepat ke arah Kiko yang tadi pagi ditabraknya.
“Eh? Kamu ‘kan... yang tadi pagi? Kamu tidak apa-apa ‘kan? Sorry tadi aku tidak melihatmu. Ngomong-ngomong namamu siapa?” beberapa pertanyaan dilayangkan Asagi kepada Kiko.
“I-iya, aku tak apa-apa, na-namaku Ha-Harukaze Ki-Kikoe,” jawab Kiko dengan gugup.
“Hm... Harukaze Kikoe ya? Nama yang indah.”
Pipi Kiko langsung memerah ketika mendengar perkataan Asagi, Hime yang mendengar percakapan Kiko dengan Asagi menggoda Kiko yang pipinya sudah memerah. Sedangkan Kazu hanya menatap tajam ke arah Asagi, namun Asagi tak menyadarinya.
~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~
Bel istirahat berbunyi, pelajaran Bu Aya pun telah selesai. Kiko menghela nafas berat setelah melalui detik-detik dalam pelajaran Bu Aya. Hime mengajak Kiko dan Kazu untuk istirahat di kantin. Di lain pihak, Asagi yang merupakan murid baru langsung mendapatkan pertanyaan yang bertubi-tubi dari anak-anak cewek sekelasnya. Ada yang tanya nomor hp-lah, alamat rumah-lah, udah punya pacar belom-lah, benar-benar membuat Asagi bingung dan segera pergi dari kerumunan anak-anak cewek tadi.
“Hah... Untung aku bisa lolos dari mereka,” Asagi yang terengah-engah tidak sengaja melihat ke arah Kiko, Hime, dan Kazu yang sedang menuju ke kantin. Asagi segera mengambil inisiatif untuk menyapa Kiko.
“Hai! Kiko! Mau kemana?”
“Aku mau ke kantin.”
“Aku ikut ya!”
“Jangan Kiko! Dia ‘kan sedang dicari-cari fangirls-nya bisa bahaya nanti!” wanti Kazu.
“Ya sudah kalau begitu, dah Kiko!” kata Asagi sembari menjauhi tiga orang itu. Setelah Asagi pergi, Kazu berbicara kepada Kiko.
“Kiko, aku sarankan kamu jangan dekat-dekat dengan Asagi.”
“Lho? Memangnya kenapa?”
“Ya, jangan terlalu dekat saja, perasaanku tidak enak.”
“Ting...tong...teng...tong...ting...tong...teng...tong...”
“Eh! Kiko, Kazu, masuk yuk! Bel-nya sudah bunyi tuh! Nanti kita terlambat di pelajarannya Bu Yuki!”
“Oh iya! Ayo!”
Mereka bertiga segera menuju ke kelas untuk pelajaran Mantra Sihir yang diajar oleh Bu Zenko Yukino. Bu Yuki, yang mana beliau biasa dipanggil sangat terkenal dengan kebaikannya. Walaupun terkadang ada siswa yang berbuat kesalahan beliau tidak marah, malah beliau menasihati siswa tersebut, benar-benar guru idaman setiap siswa.
“Selamat siang, anak-anak.”
“Selamat siang, Bu.”
“Hari ini kita akan mempelajari mantra untuk membuat benda di sekeliling kita bisa menuruti perintah kita. Mantranya adalah ‘USHIGOKU MONORESA’. Cobalah kalian perintahkan pensil kalian untuk menulis apa yang kalian pikirkan,” ujar Bu Yuki memberi penjelasan.
“Baik, Bu!”
“’USHIGOKU MONORESA’! Wahai pensil tulislah pikiranku!” kata anak-anak itu dengan penuh semangat. Sebagian besar dari siswa-siswa itu masih belum berhasil, namun ada juga siswa yang sudah menguasai mantra itu seperti Asagi misalnya. Dan biasalah, siswi-siswi langsung mengerumuninya seperti semut yang sudah lapar jika melihat gula.
“Wah! Asagi hebat sekali!”
“Iya! Ajari aku ya!”
“Aku dulu!”
“Bukan! Aku dulu!”
“Baiklah, baiklah. Aku akan mengajari kalian semua.”
“Kyaa!! Asagi baik sekali!!!”
Jam pelajaran itu pun dihabiskan Asagi untuk mengajari siswi-siswi itu. Dan pelajaran pun telah usai.
“Ting...tong...teng...tong...ting...tong...teng...tong...”
“Terima kasih atas perhatian kalian, selamat siang.”
“Selamat siang, Bu.”
Seluruh siswa telah menuju ke gerbang sekolah untuk pulang ke rumah agar bisa mengistirahatkan badan mereka yang kelelahan, Kiko pun juga begitu. Saat dia berpisah dengan Hime dan Kazu, seseorang menghampirinya dan orang itu adalah Asagi!
“Kiko!”
“Eh Asagi! Ada apa?”
“Mau pulang sama-sama?”
“Memangnya rumahmu satu jalur denganku?”
“Iya, kurasa hanya 2-3 blok dari rumahmu.”
“Wah, lumayan dekat ya!”
“Umm... Kiko, nanti aku boleh ‘kan, aku main ke rumahmu?”
“Yah.... boleh-boleh saja.”
“Sankyuu (Thank you) ya, Kiko!”
“Sama-sama, pulang yuk!”
Akhirnya Kiko sampai di rumah dan berpisah dengan Asagi. Dia segera menuju ke kamarnya untuk beristirahat sejenak sebelum Asagi datang ke rumahnya.
Asagi yang telah berpisah dengan Kiko kini telah sampai di rumahnya. Saat dia masuk ke dalam rumahnya yang kosong karena ayahnya yang sering tidak pulang ke rumah, Asagi mulai berbicara dan tertawa sendiri.
“Hahaha!! Akhirnya rencanaku untuk mendapatkan kalung itu berhasil!”
“Sekarang aku tinggal melanjutkan rencanaku lalu dunia ini akan menjadi milikku! Hahahahaha!!!” Asagi tertawa terbahak-bahak sambil menyeringai menyeramkan.
Sedangkan Kazu yang sedang tidur-tiduran di dalam kamarnya merasakan firasat yang sama sekali tidak enak tentang Asagi yang berusaha untuk mendekati Kiko.
“Kenapa perasaanku tidak enak ya?” Kemudian dia bangun dari tempat tidur dan duduk di tepi tempat tidurnya.
“Apa aku coba saja pergi ke rumah Kiko?” Kazu berpikir sebentar.
“Baiklah aku akan pergi ke rumahnya.”
Kazu memutuskan untuk pergi ke rumah Kiko pada siang itu. Apa sebenarnya yang akan dilakukan oleh Asagi pada Kiko? Dan apakah rencana Asagi akan berhasil? Lalu bagaimana dengan Kazu?
~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~
TO BE CONTINUE
So, berpikir untuk meng-comment cerita GaJe ini? Silahkan…
tak tunggu crita2 yang lain ya...
BalasHapusGood Story.
AAE