WONDERFUL MAGIC
Author: Anita Kazahana
Rate: T
Note: Just read and give me your comment about this story…
Chapter 2
Surprise???
Sinar matahari yang cukup terik pada siang itu, cukup membuat setiap orang malas untuk keluar dari rumah mereka. Ada yang bersantai di rumah mereka yang kebanyakan ber-AC, tapi dari mereka semua ada juga yang masih berkutat dalam pekerjaan mereka. Seorang anak laki-laki yang berumur sekitar 14 tahun sedang menuju ke sebuah rumah tingkat bercat biru, halaman rumah yang bersih dan tanaman yang tertata rapi membuat rumah ini semakin asri. Gerbang berwarna biru tua juga menambah keadaan menjadi lebih komplit. Anak itu tidak sengaja berpapasan dengan seorang anak laki-laki di sebuah perempatan jalan yang sepi.
“Hei! Kazu!”
“Oh, ternyata kau Asagi,” kata anak laki-laki yang dipanggil Kazu itu.
“Kau mau kemana?” tanya Asagi yang tidak lain anak laki-laki itu.
“Aku mau kemana itu urusanku.”
“Hei hei, bicaranya jangan terlalu sinis begitu, mengerikan.”
“Sudahlah, aku tak mau cek-cok denganmu.”
“Ya sudah, memang kau mau kemana?”
“Rumah Kiko.”
“Rumah Kiko? Kalau itu sih, aku juga mau kesana.”
“Jadi begitu, lalu untuk apa kau ke sana?”
“Itu... aku hanya ingin main ke sana saja.”
‘Gawat! Kalau seperti ini terpaksa aku undur dulu rencanaku untuk mengambil kalung itu. Kazu sepertinya sedikit curiga kepadaku.’
Setelah hening selama beberapa saat, Asagi mulai mengajak bicara lagi.
“Bagaimana kalau kita berangkat ke sana bersama-sama?”
“Tidak perlu.”
“Ya sudah, aku duluan.”
“Hn,” ucap Kazu sambil mengangguk dengan muka malas.
Asagi dan Kazu segera pergi menuju ke rumah Kiko. Asagi yang pergi lebih dulu telah sampai di rumah Kiko, disusul oleh Kazu tiga puluh menit kemudian.
“Ting...tong...ting...tong...ting...tong...”
“Ini siapa ya?” terdengar suara dari interphone dekat gerbang.
“Kami teman Kiko,” jawab Kazu.
“Sebentar, akan saya bukakan gerbangnya,” kemudian sambungan interphone itu pun terputus. Lalu seseorang membuka gerbang rumah itu, dan orang itu adalah Ibu Kiko.
“Eh, Kazu! Ayo silahkan masuk!”
“Iya tante.”
“Lho, dia siapa Kazu?”
“Dia Asagi, anak baru di kelas kami, dia baru pindah hari ini tante,” jawab Kazu.
“I-iya tante.”
“Oh... begitu, ya sudah silahkan masuk, Kiko ada di kamarnya.”
“Permisi tante,” ucap kedua cowok itu.
Mereka berdua segera masuk dan menuju ke kamar Kiko yang berada di lantai dua dengan Kazu yang berada di depan, karena Asagi baru pertama kali datang ke rumah Kiko.
“Tok...tok...tok...”
“Siapa?” terdengar suara Kiko dari dalam kamar.
“Ini-” Kazu tidak sempat berbicara karena diserobot oleh Asagi.
“Ini aku Asagi!”
“Asagi ya? Sebentar aku bukakan pintunya,” kemudian Kiko membukakan pintunya, dan dia terkejut karena Asagi datang dengan Kazu.
“Lho? Kazu? Kok bisa ada di sini?”
“Emh... Begini, aku bosan di rumah terus. Jadi aku ingin main ke sini, lalu aku bertemu dengannya di perempatan jalan, dia juga ingin ke sini. Jadinya, kami bersama-sama pergi ke sini,” jelas Kazu.
“Oh.. jadi begitu, silahkan masuk!”
Kemudian kedua pemuda itu masuk ke kamar Kiko yang dindingnya dipenuhi oleh poster-poster film kesukaan Kiko.
“Gomen, agak berantakan. Habisnya tadi aku baru saja tiduran disini sambil baca komik.”
“Kebiasaanmu...” ucap Kazu diikuti cengiran dari Kiko.

“Hm... mau ngapa ingih! Mau ngekali (translate: bau apa ini! Bau sekali)!” kata Kazu sambil menutup hidung dengan tangan kanannya.
“Oh iya! Aku lupa! Tadi ‘kan aku dititipi Kaa-san kue Tart! Kalo kue itu gosong, bisa gawat! Soalnya kue itu untuk kue ulang tahun sepupuku!”
“Ya sudah! Cepat lihat kuenya, nanti kalau gosong bagaimana?” ujar Asagi.
Dengan segera Kiko menuruni tangga dan menuju ke dapur. Kemudian dia mengambil sarung tangan dan memakainya, lalu membuka microwave itu. Asap hitam mulai mengepul setelah Kiko membuka microwave dan mengeluarkan kue yang telah berwarna hitam legam dari microwave.
‘Bagaimana ya rasanya?’ Kiko mencuil kue itu sedikit dan ketika dia memakannya.....
“Hoek!!! Pahiiit!” teriak Kiko yang baru saja merasakan sesuatu yang sangat pahit di lidahnya.
Asagi dan Kazu yang ada di kamar segera menuju ke dapur setelah mendengar teriakan Kiko.
“Kiko, bagimana?”
“Masih bisa diselamatkan?” tanya Kazu khawatir.
“Kayaknya sudah parah sekali ya?” ujar Asagi dengan nada kasihan dan wajah iba setelah melihat kue hitam legam di depan Kiko.
“Apa yang harus aku lakukan? Kaa-san tadi ke supermarket dan sebentar lagi datang,” ucap Kiko yang sepertinya hampir menangis.
“Kiko, tenang saja! Aku punya sihir untuk membalik keadaan!” ujar Asagi sambil menepuk pundak Kiko.
“Benarkah?” Kiko mendapatkan harapan baru setelah disemangati oleh Asagi.
“Ya, mantranya seperti ini: ‘BEKUTOROZU GORODOZ’. Kamu bisa kan?”
“’BEKUTOROZU GORODOZ’ ya? OK, akan kucoba.”
“Kiko, aku yakin kau pasti bisa!” Kazu juga menyemangati Kiko yang mulai bersemangat kembali.
“Baiklah! ‘BEKUTOROZU GORODOZ’! Wahai kue jadilah enak!!!” Kiko mengucapkan mantranya dan cahaya putih menutupi kue itu. Sejenak kemudian, cahaya putih itu menghilang dan kue itu tidak gosong lagi seperti sebelumnya.
“Wah!!! Sepertinya enak!!!” seru Asagi setelah melihat kue tersebut.
“Ternyata mantramu itu ampuh juga ya,” Kazu lumayan terkesan (lumayan lho...) tentang pengetahuan mantra sihir Asagi.
“Terima kasih ya Asagi!!! Kau sudah membantuku,” Kiko sangat senang atas bantuan dari Asagi.
“Sama-sama, Kiko. Teman ‘kan harus saling membantu, ya ‘kan Kazu?”
“Iya, iya.”
“Ting...tong...ting...tong...ting...tong...”
Terdengar suara bel dari pintu depan.
“Itu pasti Kaa-san!” Kiko segera menuju ke pintu depan rumahnya disusul Kazu dan Asagi.
“Kiko! Tolong buka pintunya! Belanjaan Kaa-san banyak sekali!”
“Iya sebentar!!” Kiko pun membuka pintu depan dan melihat ibunya membawa 4 buah kantung belanja yang isinya kebutuhan sehari-hari keluarga Kiko.
“Kiko, tolong bawakan 2 kantung belanja ini ya?”
Ketika ibu Kiko akan menyerahkan 2 kantung belanja itu kepada Kiko, malah Asagi yang mengambil kantung itu.
“Eh? Asagi, tidak usah biar aku saja,” Kiko merasa agak keberatan dengan Asagi yang sudah mengambil kantung itu.
“Tenang saja, Kiko.”
“Permisi tante, 2 kantung sisanya biar saya yang bawa,” Kazu menawarkan diri untuk membawakan 2 kantung belanjaan yang ada pada ibu Kiko.
“Tidak usah Kazu, biar tante yang bawa.”
“Tidak apa-apa tante, biar saya saja yang membawanya.”
“Kalau begitu, terima kasih ya, Kazu,” ucap Ibu Kiko sambil menyerahkan 2 kantung di tangannya pada Kazu.
“Sama-sama tante,” Kazu menerima kantung itu, dan mereka berempat menuju ke dapur. Ibu Kiko yang baru memasuki dapur mencium aroma sedap dan melihat kue yang tadi dititipkan pada Kiko.
“Hmm... sedapnya.... itu kue yang Kaa-san titipkan sama kamu ya?”
“I...iya...”
“Terima kasih ya Kiko, sudah mau membantu Kaa-san,” Kiko pun merasa lega setelah mendengar perkataan ibunya.
‘Untung saja ada Asagi, aku tidak tahu harus berbuat apa kalau dia tidak datang,’ batin Kiko.
Kiko terus membatin sampai terdengar suara Asagi yang minta ijin untuk pulang.
“Tante, saya permisi mau pulang.”
“Tidak ingin main sebentar lagi?”
“Tidak tante, lagipula sudah sore.”
“Umm... ya sudah, kapan-kapan main kesini lagi.”
“Tante, saya juga permisi untuk pulang,” Kazu juga minta ijin untuk pulang kerumahnya.
“Kazu juga?” Tanya Ibu Kiko yang berikutnya disambut anggukan dari Kazu
“Ya sudah kalau begitu, kalian berdua hati-hati di jalan ya!”
Keempat orang itu pun menuju ke gerbang depan, Asagi mengucapkan salam perpisahan begitu pula dengan Kazu.
“Sore tante, Kiko, ja ne!” Asagi menuju ke arah barat dimana matahari tenggelam kemudian berbelok ke belokan di sebelah kirinya.
“Tante, saya pulang dulu. Kiko, sampai jumpa besok pagi ya!” Kazu pun pulang ke rumahnya, dia menuju ke arah yang sama dengan Asagi.
“Daah!!! Kazu!” Kiko berteriak kencang dan melambaikan kedua tangannya ke arah Kazu pergi.
‘Hari ini benar-benar hari yang menyenangkan, apakah hari-hari seperti ini akan terjadi kembali ya?’ batin Kiko setelah melihat Kazu menghilang di belokan jalan.
Kiko dan ibunya segera masuk kembali ke rumah mereka. Senja matahari kini telah berganti selimut hitam malam. Angin malam berhembus seakan menukar cuaca panas tadi siang dengan dinginnya angin. Sinar bulan menembus kegelapan malam, menghiasi langit hitam kelam.
~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~ * ~
Kereeeeen
BalasHapusTak tunggu lanjutannya
Tapi perasaaan ada yang aneh apa ya??? (?_?)
Sankyuuu!!! ^^
BalasHapusThanks atas pujiannya!!
Saia terharu sebagai penulis cerita ini..
Chapter selanjutnya akan di-update!!
Jadi tunggu ya!!