Senin, 11 Juli 2011

Love Fighter

Love Fighter


###***--@--***###
Summary:
“Kau mau ‘kan jadi pacarku?”
“HAAAAHH???!!!!”
Saat kau menyukai seseorang, apa yang kau lakukan untuk mendapatkannya? Merayunya? Memberinya hadiah? Membuat puisi romantis? Atau… Selalu membuatnya marah??
Apalagi kau termasuk dalam daftar orang yang “lemah”.
Mau cari mati ya?

###***--@--***###

Author: blue_d3mon25 a.k.a Anita Kazahana
Rate: K+
Genre: Romance, (Fail)Humor, Drama
Warning: Garing, Gak Jelas, Bahasa terlalu (sok)puitis

####***--@--***####
“Shi~ro~~!!”
Buagh!
“Jangan memanggilku seperti itu, atau kau akan menerima satu hadiah spesial  lagi dariku,” ucap seorang gadis berambut putih sambil menunjukkan tangan kanannya yang sudah terkepal erat. Bukan, ERAT sekali.
G-g-gomen… Maafkan aku~!” Pemuda didepannya menunduk berkali-kali seraya meminta maaf dari gadis yang dipanggilnya “Shiro” tadi. Oh, dan jangan lupakan tangannya yang sedang memegang bekas “tamparan” si gadis.
“Baik, kali ini kumaafkan. Tapi…” Perkataan gadis itu mengambang.
“T-tapi?” Keringat dingin keluar dengan lancar dari pori-pori kulitnya.
“Jika kau melakukannya lagi, kufufu… kau akan menerima akibatnya,” ucap sang gadis dengan seringai setannya. Mungkin bagi si pemuda, gadis di depannya ini sudah menjelma menjadi salah satu tokoh baik-tapi-jahat(?) di komik yang dimilikinya.
‘Gyaaa!! Iblis dari Neraka!!!’ Batinnya menjerit.
“Apa kau ‘bilang’?” Lucu sekali, apa gadis ini juga punya kekuatan cenayang? Who knows?
“Ti-tidak ada apa-apa, hehe..” Tawa yang dipaksakan. Haha, basi.
“Sudahlah, aku mau pulang saja, daripada mengurusi urusan tak jelas darimu.” Si gadis pergi, meninggalkan si pemuda yang kini terdiam membatu.
‘Inikah rasanya patah hati?’ Batinnya bergolak. Mengenaskan. Belum sempat dia menyatakan perasaannya, semua jadi hancur berkeping-keping. Malang sekali nasibmu, nak.
‘Tidak! Aku tak boleh menyerah! Selama semangat masa mudaku belum habis, aku akan berusaha!’ Dalam sekejap semua perasaan sedih, depresi, stress, dan hal-hal negatif penurun semangat menjauhinya. Semua itu diganti oleh kata-kata penuh semangat yang entah dikutipnya dari mana. Yang jelas, pemuda ini sudah terlalu banyak disuguhi Manga dan Anime. Dasar Otaku.
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
“Dasar! Kurasa, dia itu manusia paling tidak jelas di dunia!” Gadis berambut putih itu menghentak-hentakkan kakinya. Siapa juga yang mau namanya diganti seenaknya? Tidak ada kan?
“Siapa yang mau dipanggil “Shiro” kalau namaku bukan “Shiro”! Dasar Daisuke-baka!” Rutukan gadis itu semakin menjadi dengan memberikan ‘imbuhan’ di belakang nama pemuda tadi. Ya, nama pemuda tadi adalah Daisuke, Tanaka Daisuke.
“Aku juga punya nama tahu!”
“Dan, sebenarnya aku juga tidak ingin punya rambut seperti ini.” Dipandangnya helaian rambut putih sepunggungnya dengan mata sendu. “Haah.. yah, inilah takdir.” Sepertinya gadis ini sudah pasrah pada keadaannya.
“Yuuko!!” Suara itu lagi. Daisuke.
“Apa Baka-Daisuke?”
“A-aku cuma mau minta maaf!” Daisuke membungkukkan dirinya, sekali lagi.
“Tidak perlu, aku tak perlu permintaan maaf darimu. Kau tahu?” ucap Yuuko. Ya, gadis itu bernama Yuuko, lengkapnya Sawada Yuuko.
“Tapi.. Aku masih merasa tak enak padamu..” Ouyeah, pemuda ini mulai melancarkan serangan merajuknya. Dengan mata (sok)berkaca-kaca dan wajah (sok)memelas. Ughh.. Kau seperti anak anjing di jalanan yang tak punya rumah, Daisuke. SANGAT mirip.
“Baik, baik. Sebagai gantinya apa yang kau tawarkan padaku?”
“Ini!”
Daisuke menyerahkan secarik kertas bergambar kembang api. Apa dia mau mengajak Yuuko ke Festival Hanabi?
“Ini.. tiket ke Festival Hanabi  kan?” ucap Yuuko sambil memegang tiket itu dan melihatnya dengan seksama. Hey, bisa saja itu bukan tiketnya! Waspada. Ingat?
“Tentu saja iya! Aku menyisihkan uang jajanku selama 2 minggu ini lho.. Terima ya? Ya? Ya? Ya???” Serangan puppy eyes Daisuke semakin gencar. Yuuko hanya menghela nafas. Percuma saja jika dia menolak hari ini. Besok pasti Daisuke juga akan menawarinya lagi. Hah.. terpaksa..
“Oke, aku ambil tiket ini. Kapan Festival-nya diadakan?”
“Besok!!” ucap Daisuke dengan nada ceria. Oh.. betapa berbunga-bunga hatinya kini. Lupakan kalimat hiperbolis tadi.
“Jadi begitu.. Sebenarnya kau hanya ingin menyerahkan tiket ini ‘kan?” Aura psikopat Yuuko muncul. Daisuke merinding merasakan tanda-tanda kemarahan Yuuko. Bisa dibilang, kau harus segera menyiapkan sebuah surat wasiat untuk keluargamu, karena bisa saja kau akan dijemput dewa kematian dalam wujud seorang anak perempuan berambut putih di hadapanmu. Yosh! Oke, waktunya kabur Daisuke! Ganbatte!
“Eh.. Uh.. Umm.. Y-yah.. B-Begitulah.. Ja ne!
Wuush!
Daisuke telah pergi. Dalam sekejap ia telah menghilang dari hadapan Yuuko. Apa dia benar-benar menerapkan teknik-teknik dari Manga yang ia baca?
Baka-Daisuke bodoh!”
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
“Che! Apa-apaan Baka-Daisuke itu! Bukankah dia yang sudah membuat janji?! Kenapa sampai sekarang belum datang!”
Gadis itu merengut. Wajahnya menunjukkan raut kesal. Sangat kesal hingga terlihat ingin menghancurkan gunung sebesar Fujiyama. Err.. oke, itu terlalu berlebihan. Pada intinya dia memang sedang kesal.
“Sial! Sampai kapan si bodoh itu membuatku menunggu?!”
“Yuuko~!”
Rentetan derap kaki menuju ke arahnya. Ia melihat pemilik asal langkah kaki lebar itu. Seseorang yang membuatnya menunggu. SELAMA SATU JAM. Tolong bold juga kalimat(?) tadi.
Buaagh!
Ittai! Sa-sakiiit…”
“Makanya, jangan membuat seseorang menunggu, baka!” Tangannya terkepal. Ah.. bisa kalian rasakan bagaimana pukulan telak di perut Daisuke? Mau merasakannya? Mungkin…. Tidak. Tidak, terima kasih atas tawarannya.
Go-gomen ne..” Sembari masih memegang perutnya–yang memang sangat sakit– setelah mendapat ‘hadiah spesial’ dari gadis berambut putih di depannya, ia meminta maaf.
“Kenapa lama sekali? Dasar tukang ngaret,” ucap Yuuko sambil berkacak pinggang. Sudah cukup ia dibuat menunggu. Hey.. apa kalian juga tahan kalau orang yang berjanji pada kalian malah yang terlambat? Itu menyebalkan tahu!
“La-lalu, kenapa kau sudah di sini? B-bukannya festivalnya baru akan dimulai setengah jam lagi? Sekarang masih setengah enam…” Masih memegang bekas “hadiah” Yuuko dan meringis kesakitan, ia memberi penjelasan bagi “pasangan”nya kali ini. Ingat, ia masih belum punya status yang diidamkannya.
“D-Diam! Ayo pergi!” Yuuko melengos. Berjalan melewati Daisuke menuju arah tempat festival Hanabi diadakan. Menundukkan wajahnya. Hoo.. sepertinya dia malu, wajahnya memerah. Sayang, ia sedang menunduk saat ini.
“H-Hey! Chotto mate! Yuuko!”
Daisuke mengejar sang pujaan hatinya. Satu lagi hal yang harus dicatat dalam note  milik Daisuke. Yuuko adalah tipe Tsundere akut. Kesimpulannya, jangan membuat dia marah atau kau akan terima akibatnya.
Tapi, yang jadi pertanyaannya adalah…
.
.
.
.
.
Kenapa Daisuke bisa tertarik dan SUKA pada Yuuko??!!
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Flashback 2 months ago…..
Di sana, di bangku taman sekolah. Seorang remaja laki-laki yang tergolong ehem–imut–ehem tengah membiarkan pikirannya melayang entah kemana. Hey, jarang berpikiran macam-macam dulu! Dia sedang melamun(?) atau merenung karena uang jajannya hilang. Poor You
“Haaahh… Kalau begini bagaimana aku bisa menghidupi cacing di perutku??? Lapaaaarr… Harahettaaa…” Ucapnya sembari memegang perutnya yang keroncongan.
Euuwwhhh… Memangnya dia kena penyakit cacingan? Aarrgh.. Lupakan! Itu ditulis karena otak error Author. Author kita yang satu ini memang suka yang hiperbolis.
Harahettaaaa…..” Masih saja mengeluh, hm?
“Ini!” Sebungkus roti tiba-tiba jatuh di pangkuannya.
“Eh??” Otaknya masih belum konek.
“Kau lapar kan? Itu! Kubelikan roti!” Ucap seorang gadis sebaya di depannya. Ia sedang mengunyah roti bagiannya.
“Hee??” Kau itu bodoh atau apa sih?
“Hey, kau mau tidak? Kalau tidak, sini! Kuambil lagi!” Ucap gadis itu sambil merebut kembali roti yang diberikannya.
“AH!! Cho-chotto mate!”
“Apa?! Bukannya kau tidak mau?” Gadis itu melihat ekspresi tak rela dari wajah pemuda di depannya. Sepertinya dia benar-benar lapar. Menghela nafas adalah hal yang ia lakukan berikutnya.
“Ini!” Kembali roti itu disodorkan. Wajah khas anak kecil yang baru diberi permen terpampang di wajah pemuda itu. Bisa kau bayangkan, mata yang berkaca-kaca diikuti senyum lebar dan pipi yang sedikit memerah? Yah.. Setidaknya seperti itu… Setidaknya…
A-Arigatou!!!” Ucap pemuda itu setelah menerima roti itu kembali.
“Ya, ya.. cepat makan! Kau tahu ‘kan sebentar lagi bel masuk!” Gadis itu memperingati pemuda yang sedang mengunyah gigitan pertamanya. Tidak salah ‘kan? Toh mereka sekelas.
“Ternyata Yuuko baik juga~”
“Cepat habiskan rotimu atau kau akan kuberi ‘hadiah’ atas ucapanmu tadi, Daisuke.”
Ha-Ha’i!
Paling tidak, kelakuan Daisuke tadi sedikit membuat Yuuko tersenyum. Sedikit, kalian ingat kan? SE-DI-KIT. Jangan sampai kalian mengubahnya menjadi antonim kata itu, karena itu akan membuat Yuuko OOC (baca: Out of Character) sekali.
Demikianlah, mari kita sudahi Flashback yang membuat Daisuke menyukai Yuuko.
Mungkin?
Flashback OFF…..
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Oh ya, sampai mana kita tadi? Aah… Yuuko pergi ya?
Gadis berambut putih itu terus berjalan tak menghiraukan sosok laki-laki di sampingnya yang sedari tadi berbicara tentang entah-ia-tidak-tahu, karena ia memang tidak mendengarkan celotehan pemuda itu. Sedari tadi. Serius.
“Yuuko, nanti kau mau beli apa saja? Pasti aku belikan!”
“…..” Tak ada jawaban. Sengaja tidak menjawab atau memang benar-benar tidak mendengarkan, siapa yang tahu?
“Yuuko??”
“…..” Masih saja hening. Ayolah… jangan biarkan jalanan ini menjadi kuburan.
“Heeeeyyy~ Yuuko~” Daisuke merengek. Lama-lama kelakuannya memang mirip bayi.
“Iya! Aku dengar! Kau bisa diam tidak sih?!” Setelah beberapa saat penuh keheningan, akhirnya Yuuko menjawab juga! Itu keajaiban! Bagi Daisuke tentunya.
“Kalau kau dengar, tadi aku bicara apa saja?” Daisuke, jangan memancing singa yang sedang marah. Kau sudah tahu ‘kan bagaimana rasanya?
“Tidak. Aku tidak tahu, dan tidak akan mau tahu.” Bersyukurlah Daisuke, dia tidak marah padamu. Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak padamu.
Mou… Kau jahat sekali Yuuko~”
“Biar saja.”
Sekali lagi kawan, Yuuko pergi mendahului Daisuke yang pada akhirnya tetap dikejar oleh pemuda itu. Kenapa? Tujuan mereka sama tahu! Begitu saja tidak tahu!
Oke, untuk mempercepat perjalanan mereka yang–tentunya– hanya diisi kejar mengejar ala pasangan di film Bollywood, mari kita skip adegan ini.
Next Baby!
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
“Eh, itu bagus ya! Ayo ke sana!”
Sudah beberapa kali Yuuko mendengar ajakan–teriakan– dari Daisuke yang membuatnya harus berlari untuk kesekian kalinya karena ulah Daisuke yang terlalu kekanakan. Bayangkan saja, seorang pemuda–kelas 1 SMA– menarik-narik atau mungkin bisa kita bilang menyeret seorang gadis seumuran dengannya ke stan penuh boneka lucu dan imut-imut seperti boneka kelinci, kucing, dan hewan-hewan lucu sejenisnya–tidak termasuk buaya, tentu saja– dengan brutal. Seakan dia-lah yang berperan sebagai “perempuan”. Sepertinya dunia memang sudah “terbalik”.
“Hey! Kau itu mau apa sih? Aku lelah tahu!” protes Yuuko pada pemuda di sampingnya yang masih memandangi boneka-boneka imut di depannya. Malah sekarang ia merasa bahwa ia adalah “laki-laki” dalam acara jalan-jalan mereka kali ini. Jalan-jalan? Ya. Siapa juga yang mau menganggap itu “kencan”? Ah ya, Daisuke.
“Aku ‘kan ingin membelikan Yuuko boneka lucu itu, memangnya tidak boleh ya?” Daisuke menatap wajah garang Yuuko dengan kitty eyes-nya. Entah dia yang terlalu polos dan tidak mengerti keadaan, atau Daisuke memang “bodoh”?
“Tidak usah, baka! Lebih baik aku pulang sekarang!” ucap Yuuko sembari memutar tubuhnya, berencana untuk kembali ke rumahnya. Kembali ke kasurnya yang empuk dan tidur. Pekerjaan rumahnya? Itu mudah. Bangun pagi-pagi dan kerjakan tugas yang ada. Gampang ‘kan?
“Eh?! Chotto mate, Yuuko!”
Daisuke kembali mengulang adegan di perjalanan tadi. Tidakkah ia lelah mengulang hal itu berkali-kali? Ataukah dia malah menikmatinya?
“Diam! Jangan kejar aku!” larang Yuuko yang sudah berjalan cukup jauh, namun tidak melihat ke depan. Ya, ia masih melihat ke arah Daisuke, berjaga-jaga kalau pemuda itu kembali mengejarnya.
“T-tapi-”
Brukk!
Yuuko terjatuh. Ia tak melihat ada pria bertubuh besar dengan fashion ala preman berdiri di depannya, atau orang itu memang preman?
“Hey… Beraninya kau menabrakku,” ucap pria itu. Tatapannya tajam, raut wajahnya menyeramkan. Cocok sekali dengan deskripsi seorang preman, apalagi di saat-saat festival seperti ini.
“A-aa.. Ma-maaf….” Yuuko menggigil ketakutan. Ia tidak tahu harus melakukan apa.
“Yuuko!!”
Suara derap langkah kaki terdengar sampai ia tahu ada seseorang yang menghalangi preman itu untuk menyerangnya.
“Da-Daisuke?” Ya, Daisuke-lah yang menghalangi pria itu agar tidak mendekat pada Yuuko.
“Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Yuuko satu senti-pun!” ucap Daisuke dengan suara lantang.
‘Kupikir dia penakut, ternyata…’ batin Yuuko.
Baru kali ini ia melihat sisi pemberani dari Daisuke. Mengingat Daisuke memang orang yang penakut. Ia ingat saat Daisuke dihadang salah satu geng di sekolah, dan pada akhirnya dia-lah yang menyelamatkan Daisuke. Saat itu dia merasa bahwa seharusnya kepribadian mereka tertukar saja.
“Kalau begitu kau mau apa hah?!” tantang pria berotot itu, mendelik ke arah Daisuke yang masih merentangkan kedua tangannya untuk melindungi Yuuko.
“Ak-aku….”
“Apa?!” Tatapan pria itu semakin mengintimidasi. Tapi Daisuke tetap tak bergeming, sepertinya ia sudah melupakan semua rasa takutnya.
“A-a… AYO KABUR YUUKO!!!”
Wuush!!!
Sekali lagi. Daisuke benar-benar memanfaatkan teknik yang ia baca dari Manga. Sedangkan preman itu hanya menatap cengo Daisuke yang tengah kabur menggandeng Yuuko.
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Hosh.. hosh.. hosh….
Di atas bukit nan jauh –sebenarnya dekat–(?), di tengah dinginnya udara malam, dan keringat yang menetes karena harus lari marathon malam-malam. Dua orang anak manusia sedang mendudukkan diri di bawah naungan pohon rindang nan besar. Mereka kelelahan. Tentu saja.
Siapa juga yang tidak lelah setelah berlari hah?!
Uhuk! Uhuk!
Salah satu dari mereka terbatuk. Mengundang reaksi kekhawatiran dari yang lain.
“Kau tidak apa-apa Yuuko? Daijoubu ka?”
“Aku baik-ba- uhuk! baik saja, Daisuke,” jawab Yuuko pada pemuda yang ada di sebelahnya.
“Apa kau sakit?”
“Tidak!”
“Pasti iya!”
“Tidak!”
“Iya!”
“Kubilang tidak!”
“Iya, iya, iya!!”
“Tidak, ya tidak!”
Fiuuuu~ DUAARRR!!!
Sementara mereka berdua beradu mulut, tiba-tiba saja kembang api meluncur begitu saja di langit. Menampakkan pancaran cahaya berwarna-warni. Festival Hanabi. Menambah terang langit yang hanya berhiaskan bulan dan bintang-bintang. Indah…
Kirei….” ucap Yuuko setelah adu mulut antara dirinya dan Daisuke terhenti karena suara hanabi tadi.
Desu ne?” tanya Daisuke pada Yuuko. Ia tersenyum melihat wajah bahagia Yuuko saat melihat pancaran-pancaran cahaya itu.
Hanabi memang indah, tapi kau lebih indah,’ batin Daisuke. Diarahkannya kepalanya ke atas, melihat obyek yang sama dengan apa yang dilihat Yuuko.
‘Apakah aku bisa memohon agar saat-saat seperti ini bisa terjadi lagi?’
Ditutupnya kelopak mata itu. Menikmati semilir angin malam. Menikmati setiap detik yang sangat berharga untuknya. Kemudian membuka matanya perlahan, menoleh ke arah seseorang yang selalu menghiasi hari-harinya. Mendapati bahwa orang itu juga menoleh padanya.
“Daisuke?” tanya Yuuko dengan wajah polos bak anak kecil.
Sungguh, baru kali ini Daisuke menemukan ekspresi itu di wajah Yuuko.
“Y-ya??” jawab Daisuke agak tergagap. Mungkin saja pipinya kini sudah agak memerah. Ia tahu itu.
Arigatou,” ucap Yuuko sembari mengulum senyum. Manis.
D-Douita,” balas Daisuke. Yang benar saja, apa sekarang dia sudah menjadi orang gagap? Hanya karena senyuman dan ekspresi Yuuko?
Err… Yuuko, aku ingin mengatakan sesuatu.”
Hn? Memangnya kau mau mengatakan apa?” tanya Yuuko penasaran. Sedangkan Daisuke tetap diam sambil menundukkan kepalanya. Menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat organik(?).
‘Ayolah, Daisuke! Kau pasti bisa! Mumpung mood-nya sedang baik sekarang!’
“I-itu… apa kau mau…”
“Mau apa?” tanya Yuuko makin penasaran.
“Ma-ma-ma-ma…” Ucapan Daisuke menjadi semakin terbata-bata.
“Ma? Mandi?” tanya Yuuko. Daisuke menggeleng.
“Ma… Makan? Kau ‘kan sudah makan tadi,” ucap Yuuko. Lagi-lagi Daisuke menggeleng.
“Bu-bukan itu…” ucap Daisuke sambil menggelengkan kepalanya brutal(?).
“Lalu?”
“Ka-kau mau ‘kan jadi… p-p-p…”
Ayolah Daisuke, kenapa penyakit gagap musimanmu itu tidak hilang juga?
“Pembantu?” tanya Yuuko lagi, “Maksudmu aku kau suruh jadi pembantumu begitu?!” lanjut Yuuko kembali memasang ekspresi seram.
“TIDAAK!!! Bukan itu!!” seru Daisuke sebelum salah paham itu berlanjut.
“Lalu apa?!” Yuuko sudah mencapai batas kesabarannya. Ditambah lagi dengan pemikirannya tadi. Ia bisa “menerkam” siapa saja saat ini.
“Kau mau ‘kan jadi pacarku?” Daisuke menatap Yuuko dengan wajah polosnya.
Akhirnya. Akhirnya kata-kata itu terucap juga!
“Yuuko?”
Hening.
Krik.. krik.. krik..
Marilah kita nikmati sejenak keheningan malam ini dengan alunan suara jangkrik.
Krik.. krik.. krik..
Krik.. krik..
Krik..
Kri-
“APAAAA?!!?”
Maaf, sepertinya konser The Jangkrikers kali ini harus ditunda dulu. Mengingat telah terjadi insiden teriakan super keras tadi. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kita kembali lagi di lain kesempatan. Dadaaa~!!! *Buagh! Plak! Krompyang! Guk guk! Meong! Mbeek~!(?)*
Ehem!
Kembali ke lappie~!!
“APAAAA??!!” Yuuko berteriak. Keras. Sangat keras. Serius.
“Yu-Yuuko, kau bisa tenang dulu?” ucap Daisuke berusaha menenangkan gadis di sampingnya. Yang baru saja terkena shock mendadak karena ulah Daisuke sendiri.
“Bagaimana aku bisa tenang hah?!” sambar Yuuko. Ia mengelus dadanya yang sedang bergerak naik turun karena nafasnya yang tidak teratur.
Go-gomen…
“Sudahlah! Kau tidak perlu minta maaf. Umm.. Jadi, yang kau katakan tadi serius?” tanya Yuuko mencoba meyakinkan pendengarannya. Ia tidak ingin menjadi nenek-nenek pada usianya sekarang. Ia masih 16 tahun! Bayangkan saja, 16 tahun dan dia sudah tuli? Oh, bagaimana masa depannya nanti?
Ha’i, kau mau ‘kan?” tanya Daisuke sekali lagi.
Err… Te-terserah padamu saja!” ucap Yuuko sembari memalingkan wajahnya. Lagi-lagi sifat sok cuek dan jual mahalnya kambuh. Entah sudah berapa kali dia dibuat seperti itu oleh Daisuke. Kalau kalian mau menghitung, kalian hitung saja berapa hari dalam waktu dua bulan terakhir. Mudah ‘kan?
Kesimpulannya? Hampir setiap hari Yuuko selalu bertemu dengan Daisuke. Betapa takdir begitu menyiksanya.
“Jadi? Kau mau?” tanya Daisuke untuk memperjelas jawaban Yuuko.
“Me-menurutmu bagaimana?”
“Mau,” ucap Daisuke penuh keyakinan. Yuuko menghela nafas pelan.
“Ya sudah kalau begitu, aku pulang dulu,” ucap Yuuko sambil berdiri dan membersihkan celananya yang sedikit berdebu. Ia tidak suka memakai kimono meskipun dia sudah dipaksa memakainya. Merepotkan, katanya.
“Eeehh?? Kenapa pulang?” tanya Daisuke agak kecewa.
“Aku ngantuk,” jawab Yuuko sebelum berjalan menuruni bukit. Daisuke yang kecewa sekaligus bahagia hanya bisa duduk terdiam tanpa melakukan apapun. Ia juga sadar kalau sekarang sudah larut, dan dia tidak bisa mencegah Yuuko.
Tapi setidaknya dia kan bisa mengantar Yuuko pulang?!
“AAH!! Yuuko, tunggu!” ucapnya mendadak sambil menyusul Yuuko.
“Apa??”
“Kuantar pulang?”
“Terserah.”
Di bawah naungan bintang-bintang. Dua insan itu berjalan. Beriringan. Menyatukan tangan mereka dalam sebuah gandengan tangan. Begitu erat. Tak ingin melepaskan satu sama lain.
Hangat…
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Mereka berjalan beriringan dalam diam hingga tak mereka sadari mereka sudah berada di depan rumah salah satu dari mereka.
 “Nee.. Sampai jumpa besok, Daisuke.” Yuuko membuka gerbang rumahnya. Namun sebelum gerbang itu terbuka, sebuah interupsi datang dari Daisuke.
“Yuuko.” Dia memanggil.
“Hn?” Sang gadis menoleh.
Cup!
Dan kecupan di kening adalah hadiah yang diberikan dari sang pemuda. Si gadis terpaku diam.
 “Jaa mata ashita, Yuuko-chan~!!”
Sang pemuda pergi. Kembali berlari seperti yang biasa dilakukannya.
“DAISUKE BAKAAAAA!!!”
Dan malam itu diakhiri dengan teriakan kencang di daerah blok rumah Yuuko.
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Jika kau memang mencintai seseorang…
Kejarlah.
Jangan pernah menyerah..
Jika kau telah menemukan seseorang yang pantas untukmu…
Lindungilah ia.
Sayangilah ia.
Jangan pernah melepaskannya..
Karena ia adalah belahan dari jiwamu.
Karena ia-lah takdir untukmu.
Yang ditentukan…
Untuk bersamamu.
~*~*~*~*~
~*~*~*~*~ FIN ~*~*~*~*~
~*~*~*~*~


Author’s Note:
Akhirnya… *tepar* *bangkit kembali(?)*
Akhirnya cerita gaje ini selesai juga~!!!!! *teriak-teriak bawa pom-pom*
Arigatou gozaimasu buat Minna-san yang bersedia menunggu cerita ini~ *emang ada?*
Dan maaf kalau humornya gak kerasa sama sekali. Saya benar-benar gak bisa bikin humor, itu bukan bidang saya.. *pundung di pojokan*
Well… Ya sudahlah~
Thank’s for your waiting~
Don’t forget to Read and Comment, okay?
See you guys~!!!  \(^w^)/

Sign, Anita Kazahana

2 komentar:

  1. Sankyu~~~

    Do'akan saja saia bisa publish cerita lagi minggu ini~

    Thanks for your comment~ ^w^

    BalasHapus